Kiriman Alumni

Depan Kalender Contact Photo Tentang Tradisi Buku Tamu Favorite Links Kiriman Alumni What's New

Artikel Alumni

MENEROPONG KIPRAH ALUMNI ;

Dari Motto Pesantren Menuju Pengabdian Masyarakat

Oleh : M.Zufri Fiat

Bismillahirrahmanirrahim........

Tulisan ini sebenarnya penulis maksudkan untuk merefleksikan tentang peran dan kiprah alumni pesantren Daarul Rahman di berbagai ruang dan bidang. Sejauhmana peran dan kiprahnya, tantangannya seperti apa dan bagaimana dengan komunitas jaringan alumni pesantren diluar pesantren Daarul Rahman. Kalau kita melihat sebaran ruang alumni pesantren Daarul rahman, maka paling tidak kita dapat melihat dalam beberapa aspek aktifitas dan ruang ; pertama, kiprah alumni yang bergerak di dunia pendidikan (baik itu yang memiliki pesantren, sekolah umum, madrasah, yayasan dan lembaga kursus), kedua, kiprah alumni di ranah politik (dalam hal ini baik ruang keterlibatan alumni dalam partai politik praktis, maupun pengamat politik). Ketiga, ruang alumni di ranah ekonomi (mereka yang memiliki unit-unit usaha ekonomi baik itu disektor manufaktur, properti, industri rumah tangga (UKM), bidang jasa sampai pada usaha warung klontongan. Keempat, kiprah alumni dalam dunia sosial-kemasyarakatan (mereka yang berkiprah dimasyarakat dengan menjadi pendidik, muballig, tokoh masyarakat, aktivis budaya, aktivis sosial, penggiat LSM). Kelima, ruang alumni dibidang pemerintahan (mereka adalah alumni yang bergerak di ruang-ruang birokrasi ; Departemen, Lembaga tinggi negara, komisi-komisi negara). Keenam, ruang-ruang profesional (mereka adalah alumni yang bergerak diruang-ruang profesi-profesi tertentu, seperti ; wartawan baik di media cetak, elektronik, dan online, akademisi  Tulisan ini selain membedah peran alumni dimasing-masing sektor, juga penulis bermaksud memberikan perspektif dan analisa sejauhmana potensi yang bisa “dimainkan” sehingga maisng-masing ruang dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi alumni.    Membaca ranah dan ruang alumni di bidang dunia pendidikanMembaca dunia pendidikan sekarang ini sangat menarik, menarik bukan hanya karena isu ini cukup seksis dan tidak akan luput dimakan usia, melainkan juga dunia pendidikan adalah dunia pengabdian bahkan dalam ranah tertentu dapat menjadi ruang bisnis, apalagi perhatian pemerintah saat ini cukup besar. Hal ini terbukti dengan meningkatnya anggaran pendidikan, bahkan disaat sulit seperti ini ; BBM naik, ekonomi masih lesu, pemerintah berniat manaikan anggaran pendidikan sebesar 20% untuk Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2009.     Secara tidak langsung, ini merupakan potensi bagi alumni pesantren Daarul rahman yang selama ini banyak bergerak diwilayah pendidikan, apalagi sektor npendidikan yang digarap alumni cukup bervariatif ; ada yang menjadi pengasuh pondok pesantren, mengelola madrasah baik diniyah maupun Tsanawiyah, sekolah umum bahkan sekolah-sekolah terpadu yang bertaraf nasional dan internasional. Pertanyaannya, dengan rencana kenaiakn anggaran yang begitu besar, manfaat apa yang bisa diambil oleh alumni dengan momentum seperti ini.   Penulis akan mencoba menguraikan beberapa hal ; Pertama, ketika berbicara mengenai besarnya anggaran pendidikan, maka mata kita akan tertuju terhadap keberadaan Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS). Besarnya anggara pendidikan membuat Departemen ini semakin “fokus” dalam menata dunia pendidikan kita, yang harus ditata pun cukup banyak ;  1.      Bagaimana menata, memajukan dan mengembangkan kelembagaan pendidikan (dalam hal ini, kelembagaan pendidikan yang dimaksud dari tingkatan kelembagaan pendidikan yang paling bawah, seperti ; TK, SD, SMP, SMU, SMK sampai perguruan tinggi) 2.      Bagaimana menata, memajukan dan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) pendidikan (yang dimaksud disini adalah para dewan guru, pengelola lembaga pendidikan, dan tenaga kependidikan) 3.      Bagaimana menata, memajukan dan mengembangkan potensi para siswa sekolah 4.      Bagaimana menata, memajukan dan mengembangkan sarana dan prasarana pendidikan (pengadaan laboratorium, alat peraga belajar, pengembangan perpustakaan, penambahan Ruang Kelas Baru, Pengadaan Unit Sekolah Baru dan sarana pendukung lainnya)

5.      Membuat sertifikasi lembaga pendidikan, menguji kompetensi dan memberikan penghargaan bagi lembaga pendidikan berprestasi.

6.      Bagaimana menata, memajukan dan mengembangkan pendidikan non formal dan informal. Dalam hal ini, ada tiga hal yang harus ditata dan dikembangkan; a.    Meningkatkan kelembagaan pendidikan non formal dan informal, seperti; PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat), Lembaga Kursus dan lembaga-lembaga sosial lainnya yang menyelengarakan pendidikan non formal dan informal (pesantren, yayasan, LSM, dst)b.    Meningkatkan kemampuan para pendidik dan tenaga kependidikan non formal dan informal (Tutor, Pamong belajar dan instruktur). Termasuk dalam hal ini adalah memberikan kesejahtaraan para guru-gurunya melalu berbagai tunjangan dan insentif lainnya yang secara teknis akan dikoordinasikan oleh Dinas-Dinas Pendidikan di tingkatan kabupaten/ kotamadya c.    Meningkatkan proses belajar-mengajar, termasuk dalam hal ini meningkatkan berbagai macam jenis program pendidikan, antara lain ; i) pendidikan kecakapan hidup (lifeskill) dari mulai ; tata rias pengantin, percetakan dan sablon, kursus komputer, kursus bahasa mandarin, arab dan inggris bagi calon-calon TKW dan TKI, bengkel otomotif, bengkel elektronik, servis Hand Phone, Radio, Kipas angin, dst), ii) Pendidikan kesetaraan (Paket A/ Setara dengan SD, Paket B/ setara dengan SMP dan Paket C/ setara dengan SMU), iii) Pendidikan kekasaraan, yaitu pendidikan untuk para buta hurup d.    Memberikan sertifikasi dan bentuk-bentuk penghargaan lainnya terhadap lembaga-lembaga penyelengara pendidikan non formal dan informal agar dapat memberikan motivasi bagi lembaga penyelenggara lainnya    Kedua, besarnya anggaran pendidikan di Departemen Pendidikan Nasional secara otomatis akan mempengaruhi besaran anggaran pendidikan di Departemen Agama, khususnya di Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (DITJEND PENDIS). Secara pasti belum diketahui jumlah besaran anggarannya. Tetapi kini, Departemen Agama pun sudah terlihat memperbaiki kualitas pendidikan keagamaan, misalnya ; dilaksanakannya pendidikan Wajardikdas, pemberian insentif bagi guru-guru pesantren modern dan salafiyah, pengembangan perpustakaan pesantren dan madrasah, program Beasiswa santri berprestasi, beasiswa bagi guru-guru pesantren, pembuatan pesantren enterpreneur (pesantren kewirausahaan), penambahan Ruang Kelas Baru dan penyediaan Unit Madrasah Baru.      Mungkin, ranah pendidikan ini adalah ranah yang paling banyak di geluti alumni. Sesuai dengan motto dan prinsip pesantren Daarul Rahman “Siap di pimpin dan siap memimpin”. Motto ini begitu membekas dalam jiwa dan sanubari teman-teman alumni, dengan motto ini alumni mengabdikan dirinya untuk terjun kemasyarakat dan melebur menjadi bagian dari masyarakat sepenuhnya. Modal utama alumni adalah daya survival yang begitu tinggi, dengan modal tersebut dengan cepat dapat melakukan adaptasi dan mampu menjawab apa yang menjadi kebutuhan masyarakat sesungguhnya Kebutuhan antara masyarakat kota dengan masyarakat desa sesungguhnya sangat lah berbeda, sebagai contoh pada kebutuhan bidang pendidikan ; kebutuhan pada bidang pendidikan masyarakat kota adalah kebutuhan pendidikan yang bersifat praktis, kekhususan dan mampu beradaptasi dengan tuntutan zaman, maka dalam praksisnya banyak pendidikan yang menerapkan pola pendidikan campuran ; disatu sisi bagaimana sang murid dijejali dengan materi-materi plejaran wajib sekolah tetapi disisi lain murid juga disuguhkan dengan pelatihan-pelatihan yang dapat menunjang kemampuan sang murid dengan mengadakan praktek pelatihan komputer, bahasa inggris, outbond, pramuka, tataboga, dll.         Sementara kebutuhan pendidikan masyarakat desa adalah pendidikan yang mencerminkan keterpaduan antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan akan lingkungan masyarakat sekitarnya, seperti penambahan berbagai laboratorium tetapi juga para siswa atau santri diajarin untuk memahami cara bercocok tanam, budidaya ikan, usaha kerajinan tangan, dll.  Dalam ranah ini alumni pesantren daarul rahman pada awalnya banyak yang mengabdi di pondok pesantren-pondok pesantren yang direkomendasikan oleh pesantren daarul rahman untuk dijadikan tempat pengabdian para alumninya, tapi lambat laun peran alumni pun semakin melebar, dari sekedar mengajar lalu menjadi muballigh dimasyarakat sekitarnya bahkan ada yang dijadikan menantu oleh pimpinan pesantren tempat bernaungnya dan lambat laun sesuai dengan kebutuhan akan tingginya minat pendidikan masyarakat setempat terhadap lembaga pendidikan keagamaan, maka didirikanlah TPA, madrasah hingga pondok pesantren. Dari sini jelas, bahwa pendirian lembaga pendidikan yang dikelola alumni mengalami proses yang cukup panjang. Dimulai dari adaptasi, kekeluargaan hingga penokohan dalam masyarakat. Disamping itu, ada juga yang memang asalnya berasal dari keluarga Kyai atau pemilik sekolah sehingga tinggal meneruskan pengembangan lembaga pendidikannya.      Secara kuantitatif, data-data mengenai berapa jumlah pendidikan yag dikelola alumni atau milik keluarga alumni sepenuhnya masih belum bisa teridentifikasi, hanya saja beberapa simpul lembaga pendidikan alumni di berbagai pelosok sudah teridentifikasi. Kalau melihat secara rata-rata, maka pondok pesantrenlah yang mendominasi dalam hal ini, meskipun jaringan pondok pesantren yang dikelola oleh alumni belum setenar atau sebagus jaringan pondok pesantren gontor, tetapi karena dibantu oleh kepiawaian para alumninya dalam bersosialisasi dan berdakwah, maka dengan cepat informasi dan aktivitas pondok pesantren alumni tersebut menyebar ketengah-tengah masyarakat dan jaringan jemaahnya.  Secara kualitatif, pondok pesantren yang dikelola oleh alumni cukup dapat menjawab kebutuhan masyarakat hanya saja secara sarana dan prasaran (termasuk fisik bangunan) masih belum banyak memadai. Hal terbesar kendala dalam hal ini adalah soal akses bantuan; baik dari pemerintah, donatur maupun penggalangan dana-dana sosial lainnya. Kelemahan-kelemahan lainnya adalah ; pertama, minimnya solidaritas antar pimpinan pondok pesantren alumni, sehingga segala macam persoalan cenderung diselesaikan oleh masing pondok pesantren, meskipun antar alumni tersebut sering tatap muka dan bertemu dalam forum-forum tidak resmi seperti forum ceramah, rapat dinas pendidikan daerah tetapi ketika sudah menyangkut konsolidasi internal dan musyarah bersama senderung diabaikan, maka yang muncul kemudian adalah yang mempunyai akses bagus, pendanaan yang banyak akan semakin bagus pembangunan pesantrennya sementara yang biasa-biasa saja akan stagnan bahkan cenderung gulung tikar. Hal inilah yang mestinya kita perhatikan dan menjadi prioritas bagi teman-teman alumni. Kalau alumni-alumnin pondok pesantren yang lainnya sudah selesai pada persoalan konsolidasi dan kebersamaan sehingga yang dipikirkan adalah bagaimana membagun kualitas masing-maisng pondok dan saling berbagi peran serta bagaimana mendistribusikan alumni-alumni pesantrennya dalam rangka melebarkan jaringan dan membantu pesantren-pesantren alumni yang lemah. Belum lagi masalah-masalah pemahaman mengenai sertifikasi guru, BOS, insentif guru (baik untuk guru-guru disekolah umum, madrasah, atau guru-guru salafiyah). 

Oleh karena itu dengan potensi yang dimiliki alumni, dan dengan adanya peluang-peluang di Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan departemen Agama (Depag) dunia pendidikan alumni harus semakin ditata dan dikelola secara baik dan proffesional. Berbagai peluang yang ada tidak akan diraih dan diwujudkan ketika kondisi lembaga pendidikannya sendiri belum berbenah. Kualitas lembaga pendidikan itu sendiri maju dan berkembang bukan karena hasil bantuan dari berbagai pihak, tapi sejauhmana me-manej dan melakukan perbaikan secara terus menerus, baik terhadap kualitas lembaga pendidikannya, kualitas SDM para guru dan tenaga kependidikannya, kualitas para murid-muridnya dan kualitas proses belajar mengajarnya.  Bersambung...

Ditulis oleh :

Muhammad Zufri Fiat.S,Trans